Kamis, 30 April 2015

PRIA METROSEKSUAL

Metroseksual
Metroseksual adalah sebuah istilah baru, sebuah kata majemuk yang berasal dari paduan dua istilah: metropolitan dan heteroseksual. Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1994 untuk merujuk kepada pria (khususnya yang hidup pada masyarakat post-industri, dengan budaya kapitalis) yang menampilkan ciri-ciri atau stereotipe yang sering dikaitkan dengan kaum priahomoseksual (seperti perhatian berlebih terhadap penampilan), meskipun dia bukanlah seorang homoseksual. Istilah ini memicu perdebatan seputar penanda teoritis dekonstruksi seksual serta hubungannya dengan konsumerisme
Asal Mula
Istilah ini dipelopori oleh artikel yang ditulis oleh seorang wartawan bernama Mark Simpson. Artikelnya diterbitkan pada tanggal 15 November 1994, di harian The Independent. Simpson menulis:
Pria Metroseksual, pria lajang belia dengan pendapatan berlebih, hidup dan bekerja di kawasan perkotaan (karena disitulah toko-toko terbaik tersedia), mungkin adalah pasar produk konsumen yang paling menjanjikan pada dekade ini. Pada dekade 80-an pria seperti ini hanya dapat ditemukan di dalam majalah fashion seperti GO, dalam iklan televisi jeans Levi's atau dalam bar gay. Pada dekade 90-an ia ada di mana-mana dan ia gemar berbelanja.
Istilah ini semakin populer dengan munculnya artikel Simpson's Salon.com pada tahun 2002 "Meet the metrosexual", yang mendaulat Davis Beckham sebagai poster boy (model) pria metroseksual. Biro iklan Euro RCSG sedunia mengadopsi istilah ini sebagai studi pemasaran, serta New York Times menerbitkan tulisan ficer Minggunya, "Metroseksuals Come Out"; tulisan ini menyebar ke seluruh Amerika Utara dan semakin memopulerkan istilah ini.
Definisi oleh Simpson's Salon.com lebih memiliki nuansa daripada pengertian umum istilah ini.
Ciri-ciri pria metroseksual yaitu :   
1.      Suka sekali akan fashion dan selalu mengikuti tren terbaru.
2.      Hidup dan tinggal di kota-kota besar, agar lebih mudah untuk mengakses informasi dan kebutuhan hidup.
3.      Sebagian besar berasal dari kalangan berada yang memiliki banyak uang sehingga sangat menunjang dalam gaya hidup keseharian.
4.      Berbelanja dianggap sebagai suatu kesenangan hidup, bukan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup.
5.      Memilih gaya hidup urban dan hedonis.
6.      Selalu ingin tampil rapi, bersih, dan wangi
7.      Sensitif dan mengerti perasaan wanita
8.      Rajin ke salon, bahkan bisa sampai 2 kali seminggu
9.      Mengenal merk terkenal dengan baik
10.  Mampu berbelanja selama berjam-jam tanpa merasa lelah
11.  Rajin menyambangi pusat – pusat kebugaran

Setelah sekian lama, heteroseksualitas yang tidak berpelembab, tertindas, kuno dan (re)produktif; kini telah diberi slip merah jambu oleh kapitalisme. Pria kokoh yang penuh penyangkalan diri, sederhana dan rendah hati, jarang berbelanja untuk dirinya sendiri (peran utamanya adalah mencari nafkah dan mendapat uang untuk dibelanjakan istrinya), kini digantikan oleh pria baru, seseorang yang kurang yakin dengan identitasnya dan lebih tertarik pada citra dirinya sendiri - hal ini untuk menyatakan, seseorang yang ingin dilihat dan diperhatikan (karena dengan demikian anda baru yakin bahwa anda itu ada). Seorang pria, dengan kata lain, yang menjadi impian bagi para pengiklan.
Gaya Hidup
Dalam perkembangannya, konsep metroseksual mengarah kepada gaya hidup pria perkotaan modern yang berpenghasilan lebih dan sangat peduli kepada penampilan dan citra dirinya. Gaya hidup ini berkait erat dengan konsumerisme, kapitalisme dan bahkan dengan perilaku narsisme. Pria metroseksual menaruh perhatian lebih kepada penampilan, ia cenderung memiliki kepekaan mode dan memilih pakaian berkualitas atau bermerek, serta memiliki kebiasan merawat diri (grooming) atau kebiasaan-kebiasaan yang dahulu lazim dikaitkan dengan kaum perempuan. Misalnya menyukai kosmetik untuk pria, pergi ke salon atau spa, atau melakukan perawatan tubuh seperti perawatan rambut, kuku dan kulit. Karena merupakan pasar potensial bagi berbagai produk yang dikhususkan bagi kaum pria, konsep metroseksual menjadi penting dalam industri fashion dan kosmetik pria, serta dunia pemasaran dan periklanan.
#https://id.wikipedia.org/wiki/Metroseksual

Nah, pria metroseksual berbeda dengan pria homoseksual. Walaupun Jika hanya melihat keduanya, Pria homoseksual dan Pria metroseksual sulit dibedakan. Karena mereka memiliki beberapa kesamaan, seperti, lebih memperhatikan penampilannya. Walau begitu, mereka berdua berasal dari dua komunitas yang berbeda. Pria metroseksual lebih kepada gaya hidup, sedangkan Pria homoseksual termasuk dalam jenis perilaku Seksual.
Berikut ini beberapa hal yang membedakannya:
Penggunaan Bahasa
Baik Pria metroseksual atau pun Pria homoseksual memiliki manner tersendiri dalam berbicara atau mengobrol dengan lawan bicaranya. Dalam komunikasi sehar-hari, Pria metroseksual lebih senang menggunakan bahasa yang halus namun tegas, mereka tidak suka berbicara kotor atau serampangan. Sedangkan kaum homoseksual biasanya lebih sering menciptakan kosakata-kosakata baru dalam pergaulan mereka.
Dandanan
Telah dikatakan sebelumnya, Pria metroseksual selalu memperhatikan penampilannya. Dalam urusan berdandan hampir semua Pria metroseksual menggunakan bedak tipis untuk menutupi noda di wajah. Mereka ingin penampilannya sempurna, dan tidak jarang juga mereka selalu membawa bedak ke mana-mana. Sedangkan homoseksual dalam berdandan tidak hanya menggunakan bedak, tetapi juga menggunakan berbagai aksesori kecantikan Wanita seperti alas bedak, bedak, lipstik, eye-shadow, blush-on, dan maskara.


Pergaulan
Dalam pergaulan sehari-hari, Pria metroseksual tetap pada teman-teman sejenisnya (Pria) dan juga dikelilingi oleh banyak Wanita. Sedangkan Pria homoseksual lebih nyaman bermain dengan lawan jenisnya karena menganggap lawan jenisnya adalah sama dengan mereka.
Aksesoris
Jika mencermati dari aksesori yang dikenakan juga akan terlihat berbeda. Pria metroseksual masih senang memakai pakaian Pria, apalagi yang sedang tren. Sedangkan homoseksual tak jarang mengenakan pakaian yang dikenakan oleh Wanita.
Hubungan Asmara/percintaan
Dalam hal mencintai, Pria metroseksual akan mencintai lawan jenis sama derajatnya dengan kecintaannya terhadap diri sendiri. Sedangkan homoseksual juga merawat dirinya sama seperti halnya metroseksual, tetapi biasanya mereka lebih memiliki kecenderungan untuk menyukai sesama jenis (Pria) dengan derajat sayang yang lebih tinggi ketimbang rasa sayang pada diri sendiri.
Penampilan
Pria metroseksual memang memiliki penampilan feminin atau bahkan terkesan cantik, namun masih terlihat sifat maskulinnya. Contohnya, para artis Pria dari korea dan Jepang. Kita sering kan melihat gaya berpakaian mereka yang sangat rapih, tertata, pedu padan warna yang menarik, model rambut yang kemilau dan unik.
Kebanyakan Pria metroseksual bereksperimen melalui konsumsi barang dan pelayanan jasa seperti halnya branded fashion serta pusat kebugaran untuk membentuk tubuhnya menjadi proporsional. Bahkan salon kecantikan tidak luput disambangi para Pria metroseksual ini.
Sedangkan kebanyakan Pria homoseksual tidak hanya terlihat cantik, sifatnya pun terlihat lebih feminin (ngondek atau agak melambai). Namun tidak jarang pula ditemui kaum homoseksual berdada bidang dan berotot kekar. Mereka sepintas tidak terlihat seperti kaum homoseksual.
#http://m.areadewasa.com/article/life-guide/pria-metroseksual-vs-pria-homoseksual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar