NAMA :YOGI PERMANA
KELAS : 1KA 06
NPM : 17112839
sumber : http://news.okezone.com/read/2011/12/31/337/549662/semangat-bela-negara-harus-tetap-tertanam-di-era-modern
K. Yudha Wirakusuma - OkezoneSemangat Bela Negara Harus Tetap Tertanam di Era Modern
Sabtu, 31 Desember 2011 10:11 wib
Ilustrasi
JAKARTA - Komandan Komando Nasional Resimen Mahasiswa (KONAS MENWA) Indonesia, A. Ariza Patria, mengatakan, wawasan kebangsaan merupakan salah satu wahana membangun rasa dan semangat cinta tanah air, dalam rangka mewujudkan partisipasi aktif rakyat untuk bela negara.
"Semangat persatuan dan kesatuan adalah nilai normatif yang telah diperjuangkan melalui nation and character building oleh pendiri bangsa. Proses itu harus kita lanjutkan dan kembangkan serta tidak boleh berhenti hanya sampai era Boedi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), dan Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945),“ kata Riza dalam rilis yang diterima okezone, Sabtu, (31/12/2011).
Munurutnya wacana bela negara tidak hanya urusan perang antar negara, tetapi juga membangun konsepsi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang utuh sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, misalnya permasalahan korupsi, toleransi, penegakan hukum dan penyelesaian sengketa perbatasan di wilayah perbatasan.
Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara ini turut dibahas dalam seminar di Aula Bela Negara Kemhan RI, yang dibuka oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro Jumat 30 Desember kemarin. Acara tersebut diikuti oleh 260 orang peserta yang terdiri dari anggota aktif Resimen Mahasiswa dan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa (IARMI) se Jabodetabek.
Seminar ini juga menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Mayjen TNI (Purn) Sudradjat (Mantan Dirjen Strategi Pertahanan dan Dubes RI di China), Prof Dr. Burhan Magenda, Saut Sirait (Komisioner KPU Pusat) dan Ir. Bennita Suryo Septanto, M.T (Direktur Komdut KEMHAN), yang membahas mulai dari aspek historis, budaya dan tantangan kedepan wawasan kebangsaan dan bela negara.
Bela negara ditengah perubahan dunia saat ini tidak lagi dilakukan dengan memanggul bedil (hard power) malainkan dengan cara soft power atau information war fare. Perang sesungguhnya adalah perang penguasaan sumber daya energi, pangan dan air melalui penguasaan tehnologi dan informasi serta kemampuan berdiplomasi.
"Kesemuanya itu hanya dapat diraih melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan sebagaimana sesanti Resimen Mahasiswa, Widya Castrena Dharma Siddha (Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Olah Keprajuritan)," tuturnya.
dia menuturkan bahwa MENWA dan Alumni MENWA yang berasal dari beragam latar belakang dan berbagai macam profesi, merupakan komponen penting bela negara yang siap untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"MENWA diharapkan kehadirannya dalam membantu aparatur negara untuk menegakkan disiplin, mewujudkan ketertiban dan sekaligus melindungi segenap tanah air dan seluruh rakyat Indonesia, baik dari permasalahan antar warga dan ancaman dari pihak asing. Seminar ini merupakan kelanjutan seminar sebelumnya tentang wawasan kebangsaan dan otonomi daerah, dan seminar selanjutnya akan digelar secara rutin oleh MENWA Indonesia, melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan melibatkan beragam kelompok masyarakat," pungkasnya
.
"Semangat persatuan dan kesatuan adalah nilai normatif yang telah diperjuangkan melalui nation and character building oleh pendiri bangsa. Proses itu harus kita lanjutkan dan kembangkan serta tidak boleh berhenti hanya sampai era Boedi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), dan Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945),“ kata Riza dalam rilis yang diterima okezone, Sabtu, (31/12/2011).
Munurutnya wacana bela negara tidak hanya urusan perang antar negara, tetapi juga membangun konsepsi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang utuh sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, misalnya permasalahan korupsi, toleransi, penegakan hukum dan penyelesaian sengketa perbatasan di wilayah perbatasan.
Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara ini turut dibahas dalam seminar di Aula Bela Negara Kemhan RI, yang dibuka oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro Jumat 30 Desember kemarin. Acara tersebut diikuti oleh 260 orang peserta yang terdiri dari anggota aktif Resimen Mahasiswa dan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa (IARMI) se Jabodetabek.
Seminar ini juga menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Mayjen TNI (Purn) Sudradjat (Mantan Dirjen Strategi Pertahanan dan Dubes RI di China), Prof Dr. Burhan Magenda, Saut Sirait (Komisioner KPU Pusat) dan Ir. Bennita Suryo Septanto, M.T (Direktur Komdut KEMHAN), yang membahas mulai dari aspek historis, budaya dan tantangan kedepan wawasan kebangsaan dan bela negara.
Bela negara ditengah perubahan dunia saat ini tidak lagi dilakukan dengan memanggul bedil (hard power) malainkan dengan cara soft power atau information war fare. Perang sesungguhnya adalah perang penguasaan sumber daya energi, pangan dan air melalui penguasaan tehnologi dan informasi serta kemampuan berdiplomasi.
"Kesemuanya itu hanya dapat diraih melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan sebagaimana sesanti Resimen Mahasiswa, Widya Castrena Dharma Siddha (Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Olah Keprajuritan)," tuturnya.
dia menuturkan bahwa MENWA dan Alumni MENWA yang berasal dari beragam latar belakang dan berbagai macam profesi, merupakan komponen penting bela negara yang siap untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"MENWA diharapkan kehadirannya dalam membantu aparatur negara untuk menegakkan disiplin, mewujudkan ketertiban dan sekaligus melindungi segenap tanah air dan seluruh rakyat Indonesia, baik dari permasalahan antar warga dan ancaman dari pihak asing. Seminar ini merupakan kelanjutan seminar sebelumnya tentang wawasan kebangsaan dan otonomi daerah, dan seminar selanjutnya akan digelar secara rutin oleh MENWA Indonesia, melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan melibatkan beragam kelompok masyarakat," pungkasnya
.
KOMENTAR :
Ilmu Budaya Dasar secara sederhana adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan . Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya.
MAKA di era moderen seperti sekarang kita di anjurkan untuk mempelajari ilmu budaya dasar. itu semua pentinting untuk masa depan kita sebagai manusia. carilah ilmu sampai negri cina. untuk karena itu kita berjuang belajar dan mencari ilmu sebanyak banyaknya.